Belajar Disaster Management dari Negeri Seberang

Ketika terjadi gempa bumi di Kanto yang menghancurkan kota Tokyo pada tahun 1923, para pakar gempa Jepang memprediksikan bahwa gempa akan kembali terjadi di Tokyo dalam 50-60 tahun ke depan. Penduduk Tokyo selama puluhan tahun menunggu penuh kecemasan terhadap datangnya gempa dahsyat itu. Tapi apa yang terjadi? Ternyata gempa besar muncul 72 tahun kemudian di Kobe yang berjarak 500 km sebelah barat Tokyo.
Ketika upaya memprediksi gempa bumi belum menunjukkan hasil akurat, maka usaha terbaik mengantisipasi gempa bumi adalah dengan mengurangi kerugian yang akan ditimbulkan oleh bencana itu sendiri. Upaya ini perlu untuk meningkatkan ketahanan dan kesiagaan masyarakat menghadapi bencana alam sehingga risiko bencana alam dapat dikurangi.
Langkah pertama adalah mengenali karakteristik gempa dan merencanakan bagaimana mengantisipasi dampaknya. Berangkat dari informasi ini, mitigasi fisik (tata ruang dan kode bangunan) dan non-fisik (pendidikan dan pelatihan) akan dilakukan secara terarah. Berkat konsep mitigasi terpadunya, pemerintah Jepang, mampu mengatasi bencana gempa bumi Kobe pada tahun 1995 yang berkekuatan 7,3 skala Richer dalam waktu cepat. 1,4 juta sukarelawan terlatih dari seluruh Jepang datang ke Kobe, bekerja menyelamatkan korban, dan merekonstruksi semua bangunan dan fasilitas umum yang hancur. Rekonstruksi bangunan di kota Kobe setelah gempa tahun 1995 mengacu pada rancangan bangunan-bangunan antigempa. Pemerintah Jepang mendukung sepenuhnya dana pembangunan gedung-gedung dan bangunan antigempa agar rakyat Kobe merasa aman jika menghadapi gempa besar di masa datang.
Selain Jepang, India juga dapat menjadi contoh bagi pelaksanaan disaster management. India, dalam menangani korban tragedi tsunami tahun 2004 yang lalu, dinilai berhasil oleh PBB dan dijadikan contoh bagi negara-negara lain dalam menghadapi bencana. Pemerintah India membentuk lembaga khusus yang mampu bergerak cepat menangani bencana alam. Pemerintah India membentuk satuan khusus untuk mengatasi berbagai jenis bencana alam. Di samping itu, pemerintah mengadakan pelatihan-pelatihan rutin kepada masyarakat untuk menghadapi bencana alam kapan pun dan di mana pun.
Untuk mengatasi kebutuhan dana mitigasi yang besar, pemerintah India membentuk Calamity Relief Fund di semua negara bagian. Hal itu memungkinkan pemerintah negara bagian dengan cepat memberikan respons dan bantuan bila terjadi bencana alam. Dana di tingkat negara bagian dilengkapi National Calamity Contingency Fund, semacam dana darurat tingkat nasional yang dapat dicairkan dalam waktu singkat untuk kebutuhan korban bencana.

Langkah Preventif Taktis
Gempa tidak dapat diprediksikan, namun manusia dapat mengurangi kemungkinan kerusakan dan jumlah korban akibat gempa. Rentang waktu kejadian gempa di satu wilayah yang sama sebenarnya cukup panjang. Akan tetapi, masyarakat Indonesia cenderung melupakan kejadian sebelumnya sehingga mengesampingkan proses persiapan menghadapi kemungkinan bencana di masa depan.
Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh masyarakat dan pengusaha adalah dengan mendesak pemerintah untuk terbuka mengenai wilayah-wilayah rawan bencana di Indonesia. Informasi peta wilayah rawan bencana ini penting untuk diketahui masyarakat, terutama sekali di era otonomi daerah yang mempercepat proses pembangunan di seluruh wilayah Indonesia. Kejelasan informasi ini tentunya dapat mendesak pemerintah daerah menyusun regulasi yang sesuai dengan kerawanan wilayahnya dan di sisi lain menggugah pemerintah daerah untuk mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan ancaman bencana di daerahnya.
Menciptakan disaster management yang baik tentunya memakan waktu yang cukup lama, karena prosesnya adalah trial and error. Kebijakan mengenai wilayah bencana umumnya didasarkan pada catatan kejadian masa silam dan hanya teruji kesahihannya bila bencana kembali menyerang. Langkah preventif yang dapat dilakukan saat ini adalah dengan mengasuransikan semua aset fisik yang rawan kerusakan akibat bencana alam seperti bangunan, kendaraan, dan prasarana penting lainnya.
Apa yang dilakukan oleh Jepang dan India dalam mempersiapkan warga negaranya menghadapi bencana dapat menjadi pelajaran yang baik untuk Indonesia. Pendekatan yang integratif dan holistik dalam menangani berbagai kasus bencana alam serta bagaimana menghadapinya di masa depan merupakan kunci bagi terciptanya sebuah disaster management yang baik.


(Security Journal Volume III/7/Juli 2006)

Tidak ada komentar: